Pages

Minggu, 04 Mei 2014

Wedding Invitation : Penulisan Gelar Akademis di Undangan Pernikahan, (Masih) Perlukah?

Umumnya, dalam undangan pernikahan, seluruh gelar akademis dituliskan dalam undangan pernikahan. Entah memang prosedurnya yang demikian, atau faktor orang tua yang ingin menunjukkan kepada semua undangan betapa mereka berhasil menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan perguruan tinggi.

Salah satu pasangan yang menikah dengan gelear yang setara
Congratulations yaaa.....!!!!! *tapi penulisan gelarnya salah -_-"
Ya, kadang ada beberapa orang tua yang sangat bangga dengan menantu dan pernikahan putra-putrinya, menginginkan jerih payah mereka telah menyekolahkan anak-anaknya hingga ke pencapaian tertentu begitu diutamakan. Sebuah undangan pernikahan lengkap dengan gelar-gelar yang panjang seakan sebuah jalan pintas untuk pengakuan 'kedaulatan edukasi' yang mewakili strata pendidikan apa yang telah mereka capai.

Ada pula yang anaknya belum memiliki gelar pendidikan apapun, tapi sudah pernah berhaji pun ikut-ikutan dicantumkan. xixixix..... 

Alhamdulillah, saya adalah lulusan master di sebuah perguruan tinggi negri di kota kedua terbesar di Indonesia. Saya adalah seorang yang ingin menikah dengan seorang pria yang gelarnya sarjana, setingkat di bawah saya.

Secara pribadi, saya tidak ingin mencantumkan gelar apapun, baik pendidikan atau haji sekalipun (meski belum sih) dalam undangan pernikahan saya. Ada beberapa faktor, salah satunya karena jenjang pendidikan saya lebih tinggi dibanding calon suami. Xixixixix.... kan kasian juga ya kalau istrinya lebih mentereng gelarnya. Hahahahah....


Tapi bagi orang yang tetap mencantumkan berbagai gelar yang telah dicapainya, semua itu sah-sah saja. Itu adalah hak mereka dan tidak ada yang boleh menghalanginya. Namun bila saya berbicara berdasarkan opini saya dari lubuk hati yang paling dalam.....

Ya, dari lubuk hati yang paling dalam, entah saya bergelar magister, sarjana atau sarjana muda sekalipun, saya tidak ingin memajang gelar saya di undangan pernikahan saya nanti. Bisa jadi karena saya tidak ingin tersangkut Riya’ alias pamer.

Alhamdulillah orang tua saya yang sudah haji berkali-kali pun, tidak pernah mendidik saya untuk memamerkan gelar hajinya setiap ada keperluan tanda tangan ini itu. Setiap ada pihak yang menantunkan huruf 'H.'atau 'Hj.' di depan nama orang tua saya, orang tua saya pun selalu mencoretnya. Gelar itu tidak penting, tidak ada apa-apanya dengan jihad perjuangan saudara-saudara kita di Palestina....

Alhamdulillah juga, orang tua saya yang sudah susah-susah menyekolahkan saya ke jenjang master juga tidak memaksa saya untuk mencantumkan gelar tersebut. Ternyata kami, orang tua dan anak yang kompak. Tidak perlu pamer. Yang terpenting adalah esensi pernikahan itu sendiri, sah dan direstui oleh semua pihak, semoga Allah meridhoi.

Biarlah itu menjadi rahasia keluarga kami, mengenai saya lulusan apa-ini-itu biarlah nanti orang-orang yang tahu-tahu sendiri. Buat saya, itu tidak penting, yang penting adalah doa supaya pernikahan saya nanti selalu diberkahi oleh Allah.... J

1 komentar:

Unknown mengatakan...

saya setuju.. sy jg bingung, saya bergelar sarjana tp calon sy tdk bergelar, sy jg berniat tdk akan mencntumkn gelar di kartu undangn

Posting Komentar